Selasa, 09 November 2010

Erupsi explosive Merapi


Akhirnya . . . kekhawatiran itu terjadi juga! Setelah banjir bandang di Wasior, Papua dan tsunami di Mentawai, gunung Merapi yang statusnya meningkat terus menerus dari Aktif Normal - Waspada - Siaga - Awas maka pada hari Selasa, 26 Oktober 2010 pukul 17.02 WIB terjadilah letusan pertama yang melontarkan material volkanik lebih dari 100 juta m3 bersama dengan kepulan asap solvatara mematikan yang lebih dikenal dengan sebutan "Wedhus Gembel" keudara diikuti lelehan lava pijar dan guguran lahar dingin ke sungai disekitarnya. Namun ternyata ini baru "Letusan Pembuka" bagi Merapi yang dikenal sebagai gunung berapi teraktif di dunia.

Letusan kedua menyusul pada pukul 17.23 WIB melontarkan Wedhus Gembel ke desa Kinahrejo, daerah yang selama ini dikenal aman menewaskan 14 orang penduduknya termasuk mbah Marijan atau RP Suraksohargo, kuncen Merapi yang selama ini memimpin ritual Labuhan kraton Kasultanan Yogyakarta, Kurniawan Yulianto (wartawan VIVAnews) dan Tutur Priatno (anggota DPRD dan relawan PMI Kab. Bantul) yang ingin menjemput mbah Marijan.



Letusan terdahsyat (erupsi explosive) terjadi pada hari Jum'at dinihari pukul 00.45 WIB, yang menurut Dr Surono, Kepala PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) lebih hebat dari letusan tahun 1870 yang menyebabkan beberapa candi di DIY dan Jateng terbenam lumpur dan raja Empu Sindok harus memindahkan kerajaannya ke Jawa Timur . Akibat letusan ini semburan solvatara keudara mencapai 9,5 km dan luncuran awan panas hingga sejauh 15 km meluluhlantakkan desa Bronggang dan Plumbon di Cangkringan dan menewaskan lebih dari 50 orang warganya.




PVMBG memperluas zona aman yang semula 10 km - 15 km dan terakhir 20 km, lebih dari 32 desa harus dikosongkan. Bahkan menurut Kepala Badan Geologi Kementrian ESDM Dr R Sukhyar letusan eksplosive vertikal Merapi dirasakan di semua sektor lereng Merapi, dentuman dan getaran letusannya dirasakan lebih dari 25 km dari puncak Merapi dan abunya mencapai propinsi Banten.

Menurut data dari BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) hingga Sabtu, 6 Nopember 2010 tercatat 82. 757 pengungsi dari 3 kabupaten: Sleman, Magelang dan Klaten yang tersebar di 128 titik pengungsian, korban meninggal 122 orang, rawat inap 258 orang. Sementara RSUP Sarjito kekurangan ventilator, Syringe pump dan obat-obatan. Tambahan informasi: SMAN 1 Sleman Kamis, 4-5 Nopember 2010 digunakan untuk mengungsi 500 orang dari desa Sempu dan Balerante, beberapa PT di Sleman: UGM, UII, UPN, UNY dll. menyediakan GOR-nya dan asrama untuk mengungsi dan meliburkan perkuliahan 5 - 17 Nopember 2010.
(web smansa/berbagai sumber)

Tidak ada komentar: