Minggu, 30 Mei 2010

Kenapa Guru perlu Nge-Blog?

Berikut ini sebuah potongan tulisan menarik dari blog : Teknologi Pendidikan miliknya M Ikhsan yang berisi jurnal pendidikan. Tulisan ini mengulas pentingnya guru mempunyai blog.

12 09 2006

Blog menjadi fenomena belakangan ini, apalagi setelah seminar Blogging, Journalism, and Credibility: Battleground and Common Ground” di Universitas Harvard, AS, pada Januari 2006. Dimana persaingan bloggers dan journalists sempat mengemuka, karena mengingat reportase dan jurnalisme blak-blakan dapat dilakukan lewat blog, sehingga tak jarang para jurnalis dari mainstream publication merasa tersaingi. Mengapa? Sebab, mereka kehilangan monopoli dan kendali atas reportase suatu berita. Ini bukan hanya menyangkut cara reportasenya, tetapi juga dalam memilih apa yang cocok dan disukai publik, kata Eason Jordan, senior editor dan jurnalis dari CNN Network.

Power of Blog

Dalam konferensi para jurnalis di Universitas Harvard, terungkap enam pilar kunci yang membedakan blogging dengan saluran komunikasi lainnya.

  1. Publishable. Anda dapat langsung mem-posting berita. Mudah, murah, dan dapat dibaca di mana pun.
  2. Findable. Mudah ditemukan lewat situs pencari, berdasarkan subjek, nama penulis, atau keduanya. Makin tambun suatu blog, makin digemari.
  3. Social. Blogosphere cirinya adalah cuap-cuap. Percakapan yang menarik berdasarkan topik beralih dari suatu situs ke situs web, nge-link dari suatu link ke link lain. Melalui blog, mereka yang memiliki minat yang sama dapat membangun network atau berita lintas geografi.
  4. Viral. Informasi menyebar lebih cepat melalui blog dibanding news service. Saat ini tak ada viral marketing yang dapat menyetarakan kecepatan dan efisiensi suatu blog.
  5. Syndicatable. Content yang kaya mudah disindikasikan oleh siapa saja. Bayangkan dunia penuh dengan orang pandai, dan, lewat media blog, ribuan informasi yang tersebar dapat didapat.
  6. Linkable. Setiap blog nge-link ke yang lain, memiliki akses ke puluhan juta orang yang mengunjungi blogosphere setiap hari yang bercirikan komunikasi internet dua arah. Media blog itu bak supermarket tabloid, demikian Dan Gillmor, penulis buku We the Media.

Mengingat kekuatan dari blog tersebut, saya berpikir kiranya seorang guru perlu nge-blog, kenapa? Karena blog adalah media yang paling OK disamping untuk menambah wawasan sekaligus untuk eksistensi diri.

Kok bisa? Tentu saja, sebab dalam blog bisa;

  1. Menuliskan apapun tentang kegiatan di sekolah seperti; menceritakan kegiatan belajar yang menyenangkan bersama murid-murid, menceritakan inovasi dalam metode mengajar yang memang menarik minat dan bisa jadi contoh bagi guru-guru yang lain untuk dipraktekkan di kelas mereka, menuliskan uneg-uneg akan protes kebijakan sekolah selain jadi bahan melepas stres juga bisa sebagai ancang-ancang berargumen dengan kepala sekolah/kepala yayasan.
  2. Bisa menjadi cermin evaluasi diri karena tulisan-tulisan kita juga dikomentari oleh berbagai orang dengan berbagai sudut pandang sehingga kita juga belajar memahami berbagai karakter orang dan sudut pandang seseorang menyikapi masalah.
  3. Menguji kualitas tulisan-tulisan. Posting sebuah tulisan di blog. Kalau banyak orang yang menyukainya, maka sukses jadi penulis yang berbakat. Jika tak ada yang suka, berarti harus belajar lebih giat lagi untuk membuat tulisan yang menarik. Intinya, aktivitas blogging bisa menjadi sarana yang sangat jitu untuk mengevaluasi kualitas dan kemampuan.
  4. Bisa menjadi ajang sosialisasi dan menyusun kekuatan opini apalagi dengan teknologi sindikasi berita, link dan mesin pencari sekarang.
  5. Siapa tahu curhat, opini, dan protes-protes selama ini yang ditulis bisa jadi buku, sekaligus jadi pendapatan sampingan juga kan?

Pada pernyataan kesatu dan terakhir saya memberi perhatian lebih karena ketika saya bertemu Torey Hayden (penulis novel Sheila) di Jakarta 9 September 2004 yang lalu, saya berpikir keras kenapa guru-guru di Indonesia tidak bisa mengikuti jejaknya? Saya pikir pasti bisa dan pasti akan banyak penulis-penulis yang memang berasal dari guru. Ternyata guru perlu media yang bisa menjadi ruang berkreasinya.

Minggu, 09 Mei 2010

Sri Mulyani Go International



Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati

Ini bukan kali pertama Sri Mulyani mendapat tawaran kerja di luar negeri, sebelumnya juga pernah di IMF. Tetapi tawaran sebagai Managing Director di World Bank memang tak pantas ditolak. SBY mengatakan bangga ada putra Indonesia yang mendapat kepercayaan begitu besar, sekaligus juga merasa kehilangan salah satu menteri terbaik di kabinetnya.

"Penggantinya harus pro-rakyat. Itu saja," kata Syafii Maarif saat ditemui seusai memberi ceramah dalam diskusi bertajuk "Transisi Menuju Demokrasi" di Kolese Kanisius, Jakarta, Minggu (9/5/2010).

Meski banyak calon yang mengemuka, Buya mengatakan tidak mempersoalkan siapa sosok yang paling tepat. Ia menilai, masalah latar belakang, apakah dari kalangan profesional atau politisi, yang paling utama justru dari aspek kebijakannya yang mementingkan kebutuhan rakyat banyak.

Banyak pengamat politik mengatakan bahwa kepergian Sri Mulyani ditengah kemelut Bank Century yang belum tuntas merupakan win-win solution. Hal ini ditandai dengan dibentuknya Sekretariat Bersama koalisi dengan Abu Rizal Bakri sebagai Ketua Harian;

(sumber:Kompas.com)