Selasa, 19 Oktober 2010

Aktifitas Merapi Meningkat, Status:WASPADA


Jika Anda tinggal di Sleman atau Jawa Tengah khususnya yang berdekatan dengan Gunung Merapi, perlu Anda simak artikel berikut. Hasil pantauan beberapa Badan terkait menunjukkan aktifitas yang cenderung meningkat dan mengkhawatirkan yang wajib diwaspadai oleh warga yang tinggal disekitar aliran lava, radius 7 km ataupun yang pernah dilewati oleh hembusan wedus gembel. Pemantauan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta menyimpulkan adanya peningkatan aktivitas gunung Merapi yang cukup siginifikan sejak empat hingga lima hari lalu.,

“Semua paramater yang digunakan menunjukkan hasil peningkatan,” kata Staf Seksi Gunung Merapi Muzali, Senin (18/10).

Pernyataan itu disampaikan Muzali saat mengunjungi Desa Ngargosoko, Kecamatan Srumbung, Magelang. Di Desa yang berjarak 7,6 kilometer itu, bersama dengan aparat kecamatan setempat, Balai menggelar sosialiasi kondisi terakhir gunung Merapi.

Meski memperlihatkan adanya peningkatan aktivitas, lanjut dia, status gunung Merapi masih dalam tahap waspada. Sesuai dengan nama status yang diberikan, Balai mengimbau masyarakat tetap menjalankan aktivitas seperti biasa. “Tapi harus tetap waspada,” kata dia.

Menurut dia, peningkatan aktivitas Merapi itu diperlihat dari beberapa indikasi. Di antaranya adalah gempa vulkanik, baik tingkat A (dalam) dan B (dangkal), yang terjadi di dalam tanah. Indikasi lain peningkatan aktivitas itu adalah gempa multifase yang terjadi di permukaan tanah dan guguran di atas puncak Merapi.

Aktivitas itu terus meningkat tiap harinya. Bahkan puncak Merapi kini mengalami pembesaran sebesar 9 sentimeter per hari. Padahal dalam kondisi normal pembesaran hanya berlangsung mencapai 0,2 milimeter hingga 0,8 milimeter.

Dia mengatakan Balai terus memantau kondisi Merapi hari per hari. Setiap Senin dalam seminggu data-data yang terekam di pos pemantauan dan Balai dikumpulkan untuk dievaluasi. Meski telah terdapat berbagai indikasi peningkatan, untuk menaikkan status aktivitas Merapi akan diputuskan dalam rapat evaluasi itu.

Petugas Pemantau Pos Pengamatan Ngepos Magelang Retiyo membenarkan adanya peningkatan aktivitas sejak tiga hari lalu. Pada 16 Oktober terjadi 10 kali gempa vulkanik dalam dan 23 gempa vulkanik dangkal, 259 gempa multiphase serta 39 kali guguran.

Sementara itu, Camat Srumbung Agus Purgunanto mengatakan daerahnya merupakan salah satu kawasan rawan bencana Merapi di Kabupaten Magelang. Ada delapan desa di kecamatan itu yang masuk kategori rawan bencana. “Sudah disiapkan 17 TPS (tempat penampungan sementara) bagi para pengungsi jika Merapi meletus,” kata dia.

Kendala lain dalam penanganan bencana Merapi, kata dia, adalah buruknya infrastruktur jalur-jalur evakuasi. Dia mengakui masih adanya jalur evakuasi yang rusak dan penuh lubang. “Tapi disini masih bisa untuk simpangan dua mobil yang melintas,” kata dia.

Dia berharap, selain meyakini gejala alam untuk menentukan kondisi Merapi, masyarakat pun harus memperhatikan analisa yang disampaikan Balai. Dari kejauhan, gunung Merapi memang terlihat tenang. Namun di dalamnya terhadap proses yang bisa mengancam keselamatan. Untuk mengetahui proses itu, lanjut dia, harus diukur dengan berbagai peralatan yang dimiliki Balai.

(SUMBER: Anang Zakaria/www.tempointeraktif.com)

Tidak ada komentar: